30 Juni 2010

Revisi Cover



Pagi-pagi Diani laporan: cover udah dikirim. Wah wah wah, langsung gw gak sabar dong! Sebelum berangkat, gw langsung buka email, supaya gak penasaran di jalan. Daan hadirin, ini dia revisi cover dari Diani Apsari, yang mudah-mudahan betulan jadi desainer cover buku ini, yippiiiee..




Untuk kali ini, gw putuskan untuk gak bikin another polling, hahaha. Gw rasa bentar lagi orang udah enek milih cover buat buku ini, hihihi. Yang tadinya sok-sokan mau jadi strategi marketing, bisa-bisa malah jadi gigit jari.

Gw suka ketiga cover ini. Dwoh, pegimana dong, ketiganya emang bagus banget.

Cover pertama yang ada garis-garis itu, memperlihatkan bahwa ini adalah catatan perjalanan. Trus lucu kan icon perempuannya itu bawa koper. Koper merah itu sih sebetulnya gw juga gak punya ya. Secara yang punya koper merah itu kan Mbak Eni. Tapi ya sutra lah, gw akuin juga gapapa, hihihi.

Cover kedua, yang ada gambar awan. Itu juga lucu. Karena judulnya ngeblog gede gitu, dan gw kayak berlari-larian di bawahnya, ohh..


Cover ketiga juga gak kalah lucu. Dia terlihat lebih kayak travel book, tapi tetep ada personal touch-nya.

Polling tertutup yang dilakukan di kubusnya Nita, menunjukkan bahwa cover nomor 2 yang ada gambar awan terhitung yang paling disukai.

Kalo tiga-tiganya jadi cover boleh gak ya? Hmmm..

29 Juni 2010

Pengantar

Ternyata susah juga ya bikin pengantar.


Well, lebih mudah dibandingkan back cover sih, karena back cover bebannya berat sekali. Bikin back cover harus dengan isi kepala calon pembaca yang gak tau apa-apa soal Inggris, juga gak tau apa pun soal gw.

Sementara pengantar, pembeli kan udah kejebak, hahaha.

Daaannn.. gw sempet ngerasa kehilangan magic gw dalam menulis. Gw yang biasanya menulis lebih cepat dari bayangan sendiri, mendadak sok macet. Duh, kalo gini baru deh gw menyesali diri gak memacu diri rajin update blog. Soalnya menulis blog membuat gw terlatih menulis ceria. Sementara karena kerjaan sehari-hari itu ngedit tulisan jurnalistik, jadilah gw lebih kaku nulisnya, huhuhuhu.

Jadilah itu pengantar direvisi berkali-kali, biar tetap match sama gaya bahasa pippilotta versi blog. Kalo enggak, iya sih itu emang gaya tulisan gw, tapi terlalu 'dewasa', cieee..

Trus satu yang gw duga-duga, sebaiknya di pengantar itu menyebut nama Hil gak ya? Hihihihi. Trus nama Senja, di mana? Kekekek..

Akhirnya jadi juga. Ntar intip aja di bukunya yaakk..

28 Juni 2010

Kejutan dari Gagas

Sepanjang hari, gw nungguin dah tuh kabar dari Gagas. Jadinya mau pegimana urusan cover. Gw nungguin hasil voting, kok gak ada-ada. Ini pegimana toohhh..


Sore-sorean, baru deh datang email dari Nisa. Daaaann kabarnya mengezutkan!

Ternyata Diani akan di-hire secara profesional! Whoooaaaa keren! Gw langsung teringat Diani yang pernah bilang,'Covernya Gagas kan keren-keren.' Yipppiiieee asiiikk...

Langsung aja dong gw blingsatan. Dwoh di saat seperti ini, gak cocok banget deh gak punya HP! Gw langsung kelimpungan, nyari cara menemukan nomor HP Diani, secara gw cuma simpen di HP gw yang raib bersama penjambret itu. Untung ada Widi lagi online, langsung deh gw bajak minta nomor HP Diani.

Abis itu gw SMS DIani. Dooooh gak nyaut-nyaut. Ditelfon juga gak angkat. Biar gak banyak ba-bi-bu, gw sms, lalu gw fwd email dari Nisa. Biar segera dapat penjelasan detail dari Gagas, untuk membantu pengambilan keputusan, apakah akan ambil kerjaan ini atau enggak.

Begitu sampe rumah, baru deh tuh datang telfon dari Diani. Daaaann ternyata, besok dia pergi ke Pangandaran! Planned trip sama emak-bapaknya! Sementara deadline dari Gagas adalah Rabuuuuu.. hooooooalaaahhh..

Gw gak bisa memaksa Diani dong. Kasian ah, kan dia pingin liburan. Tapiiii dalam hati aku menjerit, oooh betapa aku ingin cover buku pertama dibikin sama Diani, sepupuku! Biar Diani tenang dan gak tertekan sama keinginan gw, gw sudahi dulu aja telfonnya. Biar dia tenang makan, mandi dan ngobrol sama emak-bapaknya, siapa tau dapat wangsit untuk nerima kerjaan ini atau enggak.

Cemas cemis cemus, akhirnyaaaa datang SMS dari Diani: ok.

Yaaayyyy... *lonjak-lonjak* Senaaaanggggg... sekali!

Kelebihan Buku Ini, Apa?

Hari ini di cetingan, Arry cerita soal buku Negeri van Oranje yang dia beli. Ini buku mungkin serupa dengan buku pippilotta yang gw bikin ini, karena sama-sama ditulis mahasiswa, tentang negeri orang. Dia Belanda, gw Inggris. Secara garis besar, sebelas dua belas lah.

Tapi Arry bilang, dia bosen baca buku itu. Membosankan, kata dia. Tapi dia juga gak bisa menjelaskan kenapa buku itu membosankan. Di poin ini, hhhhh gak membantuuuu.. huhuhuuhu..

But it makes me wonder. Gw teringat tulisan Mas Yud di endorsement yang dia bikin buat back cover. Dia mengambarkan gw yang kayak gak ada capek-capeknya mengeksplorasi London dan Inggris Raya. Well, gaya penulisan gw kan emang cepat. Sebagai pengetik yang mengetik lebih cepat daripada bayangannya sendiri (kayak Lucky Luke), gw memang terbiasa menulis dengan irama stacatto; cepat, melonjak-lonjak meski kadang-kadang jadi terlalu detil.

Ketika gw baca bukunya Mbak Elok (wartawan Kompas) tentang jadi backpacker ke Australia, gw gak merasakan hentakan itu. Gw merasakan perjalanan yang tenang, damai, penuh pujian terhadap Autralia. Well, secara gw gak demen-demen amat sama Australia gitu lhoh, jadi hati gw gak bergetarrrrr rasanya *maafkan aku oh Mbak Elok*

Jadi mungkin ini kelebihan buku ini: temponya cepat. Dengan begitu, ceritanya jadi sangat ringan, juga ceria. Sedih-sedih gak ada deh. Kalopun sedih (ketika bikin visa ke Jerman yang rumit banget), jadinya sangat dodolibret, karena gw sibuk memaki-maki pemerintahan negeri seberang yang bikin nyolot.

Pembaca blog gw ketika itu adalah sesama kawan seperjuangan di Inggris, utamanya di London. Tapiii.. ketika yang baca cerita-cerita gw ini adalah pembaca umum, yang belum tentu sudah ke Inggris, belum tentu pingin ke Inggris, kira-kira gimana ya reaksinya?

Kontemplasi Sampul

Dengan hadirnya 7 cover dan 30-an voters, ada kecenderungan begini.

Mereka yang sudah pernah baca blognya akan cenderung pilih cover 1-2, karena dianggap mewakili isi tulisan. Tulisan yang riang, ringan, dan ceria (cie). Sementara mereka yang gak baca isi blog, apalagi buku, akan cenderung pilih yang ngejedar-jedar sampulnya.

So far, sampai hari ini gw hitung siy yang paling banyak pemilihnya adalah cover 1-2. Ini sengaja gw satuin karena kan beda tipis doang tuh sampulnya. favorit berikutnya adalah cover nomor 4. Itu juga jadi favorit gw lah, dengan tulisan ngeblok gede di bagian depan. Di mata Om Didit yang ngajar desain di FSRD ITB, cover ini yang dia pilih. 'Mencolok iya, bagus belum tentu,' gitu kalo gak salah kata dia.

Tadi berbincang sama Arry, teman plesir yang sekolah di Oxford, dia bilang,'Yang belum baca pasti pilih yang eye catching, biar banyak yang beli.'

Ya bener juga dong. Kan sampul bagus itu biar banyak yang beli. Perkara tu pembeli berasa ketipu karena isi gak sesuai cover misalnya, yaaa paling enggak kan buku udah kebeli, hahaha. Sementara gw juga dalam posisi orang yang paham banget isi buku, jadi cenderung nyari sampul yang sesuai dengan isi buku, yaitu si cover 1-2. Tapi ya itu tidak berarti, tidak serta merta, atau tidak lantas membuat orang ingin membeli, ya kan?

Dwoh, bingung yaaaakk...

26 Juni 2010

Hasil Voting Internal

Kebeneran banget, hari ini ada makan-makan keluarga karena bokap ulang tahun. Jadilah banyak orang datang berkunjung untuk dimintai pendapat soal cover. Ada yang tahu asal muasal buku, ada juga yang 'eh ini apaan siy?' Gapapaaa biar ajaa.. Ntar aja gw promosiin kalo udah resmi masuk percetakan.

Gw tunjukkan print out cover kepada siapa pun yang datang. Gw minta mereka memilih 2 dari 7 yang tersedia. Tentu saja gak gw kasih tau kalau 2 cover pertama datang dari Diani. Secara sesama sodara gitu lho, kan gak aci kalo milihnya cuma gara-gara sodaraan. Jadi itu gw rahasiakan.

Gw menggunakan intuisi orang awam dalam memilih buku, juga memanfaatkan kelebihan seseorang dalam menilai cover. Ah shoot! Kan gw lupa minta Tante Titut ngeliatin. Doi kan arsitek, paling enggak biasa liat barang bagus, hihihi, gak rasional banget gak sih alesannya. Gw udah minta pendapat Om Didit yang desainer grafis, jadi mestinya punya pertimbangan yang lebih expert dalam memilih. Lalu orang 'awam' yang itungannya baru kenal gw seperti Anggi -istrinya Indra- dan Kiki -istrinya Krisna- untuk ikutan memilih. Juga Senja memilih, yang tentunya dia tunjuk yang ada gambar bisnya lah haayy..

Yang gw total dalam voting ini termasuk teman-teman dan kerabat-keribit yang udah ikutan sumbang saran pilihan cover mana yang paling ciamik, baik lewat twitter maupun FB. Jadi gak cuma sodara doang gituh.

Sampai terakhir, ada 25 orang yang gw tanyain. Cover yang paling banyak pemilihnya adalah nomor 1 atau 2 (karena mereka kan beda tipis aja gitu), disusul cover nomor 5, lalu cover nomor 3, sementara cover nomor 4 dan nomor 6 jumlah pemilihnya sama, dan yang paling dikit dipilih adalah cover nomor 7.

Lalu gunanya voting apa? Hihihi. Gatau juga sih akan berguna atau enggak buat Gagas kelak. Karena yang jelas suara gw kan cuma 1, sementara yang berkepentingan voting lebih banyak orang Gagas. Pendapat yang gw tampung ya lebih buat masukan aja. Plus penguat diri sendiri untuk milih cover yang mana.

Kebetulan hasil cover juga serupa sama pilihan gw. Pilihan pertama adalah cover-nya Diani, karena itu lucu. Emang gak ada yang dwarrr gede gitu, tapi menarik untuk diambil dari rak, lalu dicermati satu per satu gambarnya. Lalu pilihan kedua gw adalah cover nomor 5. Karena gw suka gambar bis di depan, secara dia juga merah gitu. Gw pun suka pilihan font-nya.

Fiiiuuhh.. gw akan segera melaporkan pilihan gw, juga voting yang gw dapat ini, kepada Gagas. Sejauh ini warga Gagas belum banyak yang voting, mungkin karena akhir pekan. Jadi Senin aja laah yaaa..

25 Juni 2010

Revisi Cover Itu..

Setelah penantian panjang.. inilah dia revisi cover dari Gagas.. here we go..



Waaahhh... gw melongo! Kali ini pilihannya betul-betul lebih variatif! Hadoooh gaswatttt ini gaswaatttt.. Kok pada lucu-lucu gini ya jadinya..

Punya Diani, tetap jadi pilihan di hati laaahh. Tapi kan gw harus obyektif. Minimal berupaya obyektif. Sekaligus juga persiapan hati akan hancur berkeping-keping jikalau cover dari Diani kalah voting, huhuhuhu *nangis darah*

Buat gw, nomor 3 dan 7 disingkirkan. Alasan utama, warnanya cokelat. Enggak gw banget. Dan kurang fuuunn gitu lho. Jalan-jalan kok warna cokelat. Lho, apa hubungannya? Hahahaha. Tapi gw gak suka aja. Personal tentu saja, gw itu merah, bukan cokelat.

Nomor 4 lucu juga, karena ada warna oranye ngeblok. Oranye boleh laaah.. secara oranye itu kan campuran merah dan kuning. Hahaha.. teteeuuupp.. Icon-icon-nya sih oke aja lah yaw. Trus gw juga suka pilihan font-nya yang tidak kaku, seperti di nomor 3 dan 7. Dengan alasan serupa, nomor 5 lucu jugaaaa...
Ngemeng-ngemeng, ternyata oke juga nih efek masuknya cover Diani. Bikin pilihan lebih banyak dan variatif ajah dari si Gagas. Akibatnya ya udah jelas: gw bingung.
Jadi menurut kalian, mana yang lebih keren ya?

Durjana Akibat Tak Sabaran

Sepanjang hari, gw manteeeng aja terus tuh di email pribadi. Berharap setiap saat dapat senggolan, ada email datang dari Gagas, berisi revisi cover. Huhuhu, tapi sampe siang, gak ada kabar juga.

Gita di-SMS, ngabarin soal revisi cover Diani. Harapannya, abis itu ada kabar kapan Gagas akan kirim revisi cover. Eehh tapi, gak ada balasan juga. Gw harus putar otak, bagaimana caranya mengetahui nasib revisi cover itu tanpa terkesan annoying dan demanding, hihihi.

Jadilah gw add aja Nisa, si desainer cover, ke YM. Hehehe. Eh sukses! Dia muncul! Berikut penjelasan kalau cover belum kelar karena dia harus rombak total. Artinya, bikin 4 cover baru. Booo mendadak gw iba aja dong sama dia.. duh kasiaaann.. Karenanya gak gw tanya-tanya lagi tuh soal cover sampai gw pulang kantor.

Di bajaj, teteuup bo gw gak sabaran. Sambil ngobrol sama Hil -maklum naik bajaj BBG, jadi masih bisa ngobrol- gw buka email di HP. Cek cek duricek, eeehh belum ada juga tuh email dari Gagas yang dinanti-nanti.

Tapi rupanya kesialan tengah berpihak pada gw. Udah belum ada email baru, eeeehh sedetik kemudian HP gw dijambre! Astaganagaaaaa... Gw masih bisa merasakan tangan laki-laki jahanam itu merenggut HP gw... huhuhuhuhu sebeeell... Mana kan gw baru isi pulsaaaa.. Iya siy cuma 25 ribu, tapi kan tetep boooo ngeeseliiinnnn... Gw lagi gak pengen buang-buang duit beli HP niiiiyyyy...

*atau ini pertanda gw harus beli iPhone?*

Revisi Diani


Pagi-pagi dapat kejutan dari Diani. Here we go! Ini revisinya!

Diani bikin 2 versi. Satu pakai latar belakang peta tube, satu lagi polos. Dia kasih dua-duanya karena dia bingung mana yang paling cihuy. Trus dia menyerahkannya ke gw lah, huhuhuhu.. padahal udah pasti gw bakal tambah bingung.

Kerennya, cover revisi Diani ini kelar sebelum subuh! Yay, makin hebriing!


Dan ternyata, cover ini teteeeeuuupp keren meski tanpa Pippilotta, kuda dan monyet. Kalau kata Hil, cover ini tetap dapat nuansa fun-nya Pippilotta. Yippiiieeee..
Naaahhh gw juga bingung deh. Lebih keren mana ya? Yang pakai background atau enggak? Eh iya, ini judulnya belum fixed lho yaw. Gw masih kurang bergetaaarrrr gitu dengan judul 'Jalan-jalan UK'. Karena kesannya gw kurang pelajar banget!
Hahahahaha... kayak ada aja cerita soal gw sekolah di Inggris! Sekolah mah bonuuussss... hihihi...

24 Juni 2010

Cover dari Gagas, Here We Go

Setelah cemas menanti seperti apa gerangan cover yang akan dibuatkan Gagas, eng ing eng, tiba juga!


Pertama liat, bengong dulu. Ppphheewww.. this is it nih? Ini cover apa siiiyy? Cover buku siapa siiihhh? *tunjuk tangan tinggi-tinggi*

Hadoooh.. beneran. Gw harus milih nih? Ada orang yang bikinin cover buat buku gw nih? Duh ulang, buku siapa? Hihihihi...

Oke, let's see. Kenapa ya hati gw tetep berdesirnya pada cover dari Diani? Masa karena ini bikinan sepupu gw sih? Kan enggak juga dong. Tapi emang iya sih, cover Diani jadi mentereng beda sendiri dibandingkan 4 cover dari Gagas. I must say, 4 cover itu membuat calon buku gw kelak seperti travel book banget.

Eits, tapi, sebenernya buku gw ini kategorinya apa dong? Travel book? Kan bukan juga ya. Tapi trus apa? Nove? Bukan. Chicklit? Apalagi. Biografi? Hohohooo siapa gw kaliii gilaaaa...

Oke, jadi mungkin gw harus menerima kenyataan kalau buku gw dikategorikan sebagai travel book. Huhuhu gw langsung teringat saat gw di Swedia, berada di toko buku dan membeli buku cara menjadi penulis perjalanan, hihihi... dwwwarrr..

Karena tik tak tik tuk waktu terus berjalan, gw print aja dah tuh 5 kandidat cover yang sekarang tersedia: 4 dari Gagas, 1 dari Diani. Sambil makan siang sama Hil, sang manajer, kami diskusi. Hil tetap pilih nomor 5. Gw juga pilih nomor 5. Kalau harus pilih punya Gagas, maka pilihan jatuh pada nomor 2. Bagaimana pun juga, sampul akan divoting banyak orang, jadi suara gw hanyalah satu dari seribu... eh gak seribu deng, lebay amat.

Hil meminta gw membayangkan buku itu kelak di toko buku, bersanding dengan buku-buku lain yang gak kalah bagus covernya. Maka cover gw itu harus speaks for itself. Orang yang dateng belum tentu pengen beli buku soal travel, belum tentu juga kenal sama gw, jadi orang harus tertarik sama cover. Itu hukum wajib. Nah jadi pilih cover yang mana? Dwooohh..

Abis makan, ketemu temen kantor, Besty dan Arief. Gw tanya ke mereka, pilih mana? Besty pilih nomor 5, Arief pilih nomor 4 kalo gak salah. Di jalan ketemu Cecile, dia pilih nomor 5, sembari bilang,'Kalo anak muda pasti pilih nomor 5.' Trus gw kirim email ke Wening, dia pilih nomor 5 dan 4. Gw kasih ke kakak gw, dia pilih nomor 5 dan 2, karena yang lain travel book banget.

Dwoooh jadi pegimanaaaa... Gaswat!

Sementara orang-orang Gagas udah memulai voting. So far, yang 'menang' adalah nomor 2. Sedih juga, kok gak ada yang pilih nomor 5 siiihh, huhuhu..

Hil pun mengeluarkan ide cemerlang, di tengah-tengah dia lagi rapat kalkulator karbon di Green Radio. Dia bilang, bikin polling di FB aja, itung-itung sekalian promosi dan gak bingung sendirian. Wah bener juga yak! Gw cari second opinion ke kakak gw, dia sepokat. Wah, brilian! Eh tapi kan mesti permisi sama Gagas dulu bukan siy? Secara 4 cover kan punya doski.

Sore-sorean, dapat telfon dari Nisa, sang desainer Gagas. Kalau ternyata cover dari Gagas juga akan direvisi lagi, setelah dapat masukan internal. Salah satu masukannya: cover yang 4 itu terlalu travel book (nah!) dan kurang menunjukkan personal story-nya (bener!). Jadilah Nisa akan rombak lagi gambarnya. Oke, gw juga bilang, gw akan minta Diani bikin revisi, dengan menghilangkan karakter Pippilotta, juga kuda dan monyetnya. Nisa juga memberi masukan untuk revisi cover versi Diani, supaya lebih menonjokan icon-icon London. Sip, gw beritahu kepada yang mulia Diani deh!

Oke. Jadi masih ada waktu lagi untuk melongok bagaimana gerangan cover akhir dari Gagas, juga revisi dari Diani.

Tik tuk tik tuk, sebenernya deadlinenya kapan siy?

23 Juni 2010

Goodbye to Pippilotta?

Setelah gw merilis cover yang dibikin sama Diani, gw cetingan sama Eci. Dia tanya: gak masalah tuh gw pakai nama Pippilotta untuk di cover?


Hm, pertanyaan itu terlintas juga sih di gw sejak lama. Itu yang membuat gw berpusing ria mencari judul alternatif, selain mempertahankan judul blog sebagai judul buku. Karena Pippilotta itu kan karakter yang dibuat sama Astrid Lindgren. Kata Gita, hak ciptanya kalau di Indonesia ada di tangan Gramedia.

Lalu gw teringat Citta dong. Percuma aja dia sekolah hukum soal hak cipta kalau gak bisa gw jadikan tempat bertanya.

Kata Citta, judul itu gak termasuk hal yang ada hak ciptanya. Jadi kalau gw pakai judul itu, mestinya aman-aman aja. Tapi karena di cover itu ada sketsa anak perempuan kucir dua dengan freckles di pipi yang namanya Pippilotta, nah itu gw baru bisa kena masalah. Karena gambar/karakter Pippilotta itu menjadi salah satu obyek perlindungan hak cipta. Makdarit, saran dari Citta adalah pertahankan judulnya, tapi hilangkan sketsa si anak perempuan itu.

Dari situ gw udah seneng sebetulnya. Karena mestinya sih bisa-bisa aja menghilangkan gambar Pippilotta dari sampul, tapi judulnya tetap bertahaaaan.. hore! Tapiiii Citta membuyarkan cita-cita dan harapan gw.

Citta jadilah ngobrol soal ini sama temen kantornya. Kata si temen ini, mempertahankan nama Pippilotta pun berpotensi untuk mendapatkan surat peringatan dari Astrid Lindgren, karena nama Pippilotta kan sangat khas. Hal lain adalah fans sejati Pippilotta bisa bingung, dikira ini sambungannya atau gimana gitu. Ini sih udah terbukti, karena temen gw udah ada yang nanya soal 'apa maksud buku Pippilotta ini ya?' di wall FB gw. Jadilah usul Citta, biar aman gw ganti juga judulnya. Jaga-jaga.

Huhuhuhu langsung dah gw bernyanyi: Hillaaanggg permatakuuuu... *tersedu*

Alternatif lain, kata Citta, adalah kirim surat resmi ke penerbitnya Pippi Longstocking untuk menggunakan nama Pippilotta dan gambarnya pada cover. Secara Astrid Lindgren meninggal pada 2002, maka hak cipta mestinya sih ada pada keluarga. Diduga sih bakal ho-oh aja kalau dimintai izin begini. Lalu ternyata oh ternyata, hak cipta atas Pippi Longstocking ini baru akan habis pada 2052. Masih lamaaaa ya boooo...

Pas gw ceritain ini ke nyokap, dia langsung bilang,'Ganti aja lah judulnya. Lagian ini kan gak ada hubungannya sama Pippilotta. Namanya juga baru mau tampil.'

Huhuhu iya siiiyyy.. tapi kaaann Pippilotta itu keren banget!

*gak rela*




Cover dari Diani


Setelah menodong paksa Diani untuk bikinin cover untuk calon buku Pippilotta ini, hari ini Diani nyetor hasil karyanya.

Dan it turns out to be... keren banget!

Astaga, mau pingsan rasanya pas pertama kali buka attachment itu! Bagus banget gambarnya oh Diani sayaaaangkuuuu... *peluk erat-erat*

Hadirin, inilah sampul buku Pippilotta versi Diani. Duuh, moga-moga cover ini yang menang voting sama Gagas besok!

22 Juni 2010

Merumuskan Sampul Belakang

Tadi pagi Gita datang dengan order baru. 'Cit, back cover hari ini ya!' Ha?


Apa itu back cover? Apa yang harus gw tulis? Dudidamdidaaamm..

Gw tanya Hil dong, secara dia pernah jadi Editor buku. Dia langsung ngasih setumpuk buku buat contoh. Haiyaaaa... Kirain mau bikinin, hohoho. Dia bilang, tulisan di sampul belakang harus sizzling. Halaaahh kok makin sussaaaahh...

Jadilah gw ketak ketik ketak ketik cari wangsit. Sembari ngetik, wait wait, kayaknya kalo di sampul belakang itu kan suka ada seseorang ngomentarin soal isi buku atau apa gitu kan ya? Wah itu apa ya namanya? Tanya Hil lagi aaaahh...

Oh ternyata itu namanya endorsement *baru tau, plak!*

Gw tanya lagi sama Pak Manajer, sebaiknya gw pakai endorsement atau enggak. Dan siapakah itu? Dia bilang, ya! Haiyaaa, siapaaaa? Gw langsung berasa malu-malu kucing gitu kalo disuruh minta si anu itu untuk bikin endorsement. Siapa yaaaaa...

Setelah dipikirkan dan didiskusikan dengan cermat bersama Hil *ah senangnya dia sekantor yaaa sama gw hohoho*, jadilah kita mengerucut ke 4 nama: Wening, Sly, Mas Heru dan Mas Yud.

Tut tit tat tit tut tit tat tit tut. Gw telfon Wening. Bla bla bla basa basi di awal, langsung gw todong. 'Ning, jadi endorser ya buat buku gw.' Dia bengong (paling enggak gw duga dia bengong sambil pegang telfon). Laaahh ternyata dia gak tau kalo gw mau punya buku! Hahahahaha dasaarrr... Begitulah akibatnya kalau punya teman SMP yang long time no see, dwaarr! Gw jelasin singkat soal buku itu, lalu gw kirimin naskahnya ke dia. Lalu Wening bilang,'Kan gw udah baca semua tulisan elu di blog itu.' Iya juga sih, that's why you're chosen, babe! Jadilah sore-sore Wening dah kirim endorsement sekaligus daftar typo yang gw lakukan, hihihihi. Kasih 4 jempoooll buat Wening!

Abis itu, samperin Mas Heru di ruangannya. Langsung mau dongs.. duh senangnya! Dia juga langsung minta dikirimin naskah. Gw kirimin cuplikannya aja, biar gampang. Bagaimana pun, gw gak akan bisa ke Inggris kalau Mas Heru dulu gak tandatangan surat yang gw sodorkan paksa ke hadapannya, hihihihi. Endorsement Mas Heru dateng paling pertama, manstaf!

Selanjutnya, kilikitik Sly. Pemuda Hendon itu mesti ngasih endorsement dong, secara dia fans berat Pippilotta *belagu* Begitu gw todong, langsung mau juga! Duh senangnyaaaaaa! Dia nanya, 'Gw nulis tentang elu atau tentang bukunya?' Hadoh, soal apa ya? Terserah elu aja deh Sly! Hihihi.. Daaannn endorsement-nya Sly kereeenn..

Terakhir, SMS Mas Yudhi. Awalnya dia me-refer gw ke Direktur British Council. Haiyaaa, kok jadi ribet gitu ya booo. Sementara tik tuk tik tuk waktu terus berjalaaan.. Gita udah email lagi di FB, nungguin back cover-nya. Maaappp sabar yaaakkk.. Pada akhirnya Mas Yud mau ngasih endorsement buat buku ini, hua senangnya. Dan lucunya, dia tanya, dia ngasih endorsement sebagai apa nih: kakak ipar, pakar Kota Kreatif, Manajer BC atau alumni Chevening? Hahahaha semuanya ajaaaaaa biar keren! Sampe lumutan gw nungguin endorsement dari Mas Yudhi ini dan hasilnya... lucu! Hihihi dia pake nyebut-nyebut Mantra Senja segala, hihihi senaaangg..

Akhirnya pukul 19 kurang, gw serahin juga itu back cover ke Gita. Senang!


13 Juni 2010

Pangkas Pangkas Pangkas

Kerjaan kali ini bener-bener nyeksaaaa lahir batin. Dwoooh. Gita meminta gw untuk memangkas 50 halaman dari total halaman yang gw kasih ke dia.


50 halaman? Banyak bennerrrr...

Kata Gita, kalau dipertahankan dengan jumlah halaman yang gw setor, bukunya bakal tebel banget. Tebel, artinya mahal. Mahal, artinya gak ada yang beli. Berarti rugi doongsss.. Makdarit, gw harus nurut apa kata Gita daaahh... huhuhu..

Jadilah gw menghabiskan bermalam-malam lalu untuk mangkas tulisan. Yang kira-kira gak nyambung sama fokus jalan-jalan, gw hapus. Dengan berat hati dan berurai air mata. Kalau ada tulisan yang membuat gw ragu-ragu, ini dihapus atau enggak, gw tanya dulu dong ke Hil. Ini baeknya diapus atau enggak ya? Kan gw menempatkan dia sebagai calon pembaca kelak. Lalu ada juga tulisan yang gw permak dikit, trimming di sana sini biar lebih ramping dan to the point.

Alhasil, gw berhasil mengurangi 50 halaman seperti yang diminta. Dari 170 halaman A4 jadi 120 halaman A4. Whhhoooaaahhh... hard work!

 
design by suckmylolly.com