24 Juni 2010

Cover dari Gagas, Here We Go

Setelah cemas menanti seperti apa gerangan cover yang akan dibuatkan Gagas, eng ing eng, tiba juga!


Pertama liat, bengong dulu. Ppphheewww.. this is it nih? Ini cover apa siiiyy? Cover buku siapa siiihhh? *tunjuk tangan tinggi-tinggi*

Hadoooh.. beneran. Gw harus milih nih? Ada orang yang bikinin cover buat buku gw nih? Duh ulang, buku siapa? Hihihihi...

Oke, let's see. Kenapa ya hati gw tetep berdesirnya pada cover dari Diani? Masa karena ini bikinan sepupu gw sih? Kan enggak juga dong. Tapi emang iya sih, cover Diani jadi mentereng beda sendiri dibandingkan 4 cover dari Gagas. I must say, 4 cover itu membuat calon buku gw kelak seperti travel book banget.

Eits, tapi, sebenernya buku gw ini kategorinya apa dong? Travel book? Kan bukan juga ya. Tapi trus apa? Nove? Bukan. Chicklit? Apalagi. Biografi? Hohohooo siapa gw kaliii gilaaaa...

Oke, jadi mungkin gw harus menerima kenyataan kalau buku gw dikategorikan sebagai travel book. Huhuhu gw langsung teringat saat gw di Swedia, berada di toko buku dan membeli buku cara menjadi penulis perjalanan, hihihi... dwwwarrr..

Karena tik tak tik tuk waktu terus berjalan, gw print aja dah tuh 5 kandidat cover yang sekarang tersedia: 4 dari Gagas, 1 dari Diani. Sambil makan siang sama Hil, sang manajer, kami diskusi. Hil tetap pilih nomor 5. Gw juga pilih nomor 5. Kalau harus pilih punya Gagas, maka pilihan jatuh pada nomor 2. Bagaimana pun juga, sampul akan divoting banyak orang, jadi suara gw hanyalah satu dari seribu... eh gak seribu deng, lebay amat.

Hil meminta gw membayangkan buku itu kelak di toko buku, bersanding dengan buku-buku lain yang gak kalah bagus covernya. Maka cover gw itu harus speaks for itself. Orang yang dateng belum tentu pengen beli buku soal travel, belum tentu juga kenal sama gw, jadi orang harus tertarik sama cover. Itu hukum wajib. Nah jadi pilih cover yang mana? Dwooohh..

Abis makan, ketemu temen kantor, Besty dan Arief. Gw tanya ke mereka, pilih mana? Besty pilih nomor 5, Arief pilih nomor 4 kalo gak salah. Di jalan ketemu Cecile, dia pilih nomor 5, sembari bilang,'Kalo anak muda pasti pilih nomor 5.' Trus gw kirim email ke Wening, dia pilih nomor 5 dan 4. Gw kasih ke kakak gw, dia pilih nomor 5 dan 2, karena yang lain travel book banget.

Dwoooh jadi pegimanaaaa... Gaswat!

Sementara orang-orang Gagas udah memulai voting. So far, yang 'menang' adalah nomor 2. Sedih juga, kok gak ada yang pilih nomor 5 siiihh, huhuhu..

Hil pun mengeluarkan ide cemerlang, di tengah-tengah dia lagi rapat kalkulator karbon di Green Radio. Dia bilang, bikin polling di FB aja, itung-itung sekalian promosi dan gak bingung sendirian. Wah bener juga yak! Gw cari second opinion ke kakak gw, dia sepokat. Wah, brilian! Eh tapi kan mesti permisi sama Gagas dulu bukan siy? Secara 4 cover kan punya doski.

Sore-sorean, dapat telfon dari Nisa, sang desainer Gagas. Kalau ternyata cover dari Gagas juga akan direvisi lagi, setelah dapat masukan internal. Salah satu masukannya: cover yang 4 itu terlalu travel book (nah!) dan kurang menunjukkan personal story-nya (bener!). Jadilah Nisa akan rombak lagi gambarnya. Oke, gw juga bilang, gw akan minta Diani bikin revisi, dengan menghilangkan karakter Pippilotta, juga kuda dan monyetnya. Nisa juga memberi masukan untuk revisi cover versi Diani, supaya lebih menonjokan icon-icon London. Sip, gw beritahu kepada yang mulia Diani deh!

Oke. Jadi masih ada waktu lagi untuk melongok bagaimana gerangan cover akhir dari Gagas, juga revisi dari Diani.

Tik tuk tik tuk, sebenernya deadlinenya kapan siy?

0 komentar:

 
design by suckmylolly.com